Di Indonesia,
kanker payudara menduduki posisi kedua di bawah kanker leher rahim
sebagai penyebab kematian tertinggi pada wanita. Angka kematian akibat
kanker payudara cukup tinggi karena banyak pasien datang dengan kondisi
terlambat.
Menemukan kanker payudara secara dini bukanlah
suatu faktor kebetulan atau nasib, melainkan adalah tanggung jawab dari
para wanita dan dokter. Wanita harus mengetahui keadaan normal payudara
sehingga dapat menyadari adanya perubahan pada payudaranya. Sedangkan
bagi pihak medis, menemukan kanker secara dini membutuhkan upaya terpadu
dan berkesinambungan untuk skrining dan deteksi dini kanker payudara.
Berdasarkan
data dari RS Kanker Dharmais: Jumlah pasien kanker payudara yang datang
dalam stadium dini (stadium I dan II) adalah 13,42%, stadium III
sebesar 17% dan lebih banyak (29,98%) datang dengan stadium lanjut
(stadium IV). Pasien paling banyak datang dengan kekambuhan yaitu
sebesar 39,66%.
Keterlambatan diagnostik dapat disebabkan oleh
ketidaktahuan pasien (patient delay), ketidaktahuan dokter/tenaga medis
(doctor delay), atau keterlambatan rumah sakit (hospital delay).
Banyak penelitian membuktikan bahwa deteksi dini kanker payudara dapat menyelamatkan ribuan nyawa setiap tahunnya.
Skrining vs Deteksi DiniSkrining adalah tes dan pemeriksaan untuk menemukan kanker pada orang-orang yang belum menunjukkan gejala kanker.
Deteksi dini adalah upaya menggunakan alat bantu untuk memungkinkan kanker didiagnosis lebih dini.
Skrining sangat baik dilakukan pada wanita yang memiliki faktor risiko untuk kanker payudara.
Faktor Risiko Kanker PayudaraFaktor
risiko kanker payudara adalah segala sesuatu yang dapat mempengaruhi
kemungkinan seseorang menderita kanker payudara. Beberapa faktor risiko
tidak dapat diubah seperti usia atau riwayat keluarga, tetapi ada juga
faktor risiko yang berhubungan dengan gaya hidup seperti merokok dan
minum alcohol. Berikut adalah faktor risiko yang penting untuk kanker
payudara :
Usia.
Risiko menderita kanker
payudara akan meningkat seiring dengan semakin tuanya seseorang. Di RS
Kanker Dharmais, usia rata-rata wanita yang pertama kali didiagnosis
kanker payudara adalah 48 tahun.
Haid pertama di usia kurang dari 10 tahun atau menopause (berhenti haid) di usia lebih dari 55 tahun dapat sedikit meningkatkan risiko kanker payudara.
Wanita yang tidak menikah, tidak memiliki anak, atau memiliki anak pertama setelah usia 30 tahun juga dapat meningkatkan risiko.
Riwayat menggunakan preparat hormonal seperti KB hormonal
(pil, suntik, susuk) atau terapi hormonal (misalnya terapi sulih hormon
estrogen pada wanita yang menopause) meningkatkan risiko kanker
payudara.
Diet tinggi lemak dan alkohol meningkatkan kemungkinan hingga 1,5 kali untuk menderita kanker payudara dibandingkan wanita yang tidak banyak makan lemak dan tidak minum alkohol.
Memiliki kerabat wanita dekat (seperti ibu kandung, kakak/adik, anak) dengan kanker payudara dapat
meningkatkan risiko kanker payudara sampai 2 kali dibandingkan wanita
yang tidak memiliki riwayat keluarga dengan kanker payudara.
Diperkirakan 20-30% wanita dengan kanker payudara memiliki anggota
keluarga yang juga memiliki riwayat kanker payudara.
Perubahan pada Payudara akibat Kanker
Benjolan Pada Payudara
Gejala
paling sering pada kanker payudara adalah adanya benjolan. Kanker
biasanya hanya mengenai satu payudara. Jarang ditemukan wanita dengan
kanker di kedua payudara pada saat yang sama. Benjolan ini biasanya
keras dengan permukaan yang tidak rata. Benjolan biasanya tidak bergerak
(terfiksasi). Seringkali benjolan TIDAK disertai nyeri.
Perubahan pada Kulit Payudara
Kulit
disekitar payudara dapat berwarna kemerahan, dan kadang terdapat
cekungan seperti lesung pipi di kulit payudara (dimpling). Pada keadaan
lanjut, cekungan pada kulit payudara ini semakin meluas dan banyak
sehingga kulit payudara tampak seperti kulit jeruk purut. Keadaan ini
sering disebut peau d’orange.
Perubahan pada Puting Payudara
Banyak
perubahan yang dapat terjadi pada puting payudara yang mungkin
merupakan gejala kanker. Luka pada puting susu yang tidak sembuh dalam 6
bulan, apalagi bila disertai dengan perubahan kulit payudara dapat
merupakan gejala kanker.
Keluarnya cairan dari puting sisi berupa
cairan warna merah atau kecoklatan. Cairan ini dapat keluar sendiri atau
baru keluar bila puting ditekan.
Puting yang tadinya normal menjadi
tertarik ke dalam (nipple inversion). Keadaan ini mungkin gejala kanker
bila puting menjadi tertarik ke dalam seluruhnya, tidak dapat lagi
ditarik keluar, kulit puting terasa kering (gatal, terdapat kulit yang
menebal) dan berubah warna, serta teraba adanya benjolan di balik
puting.
Deteksi Dini Kanker Payudara
Terdapat
beberapa cara deteksi dini kanker payudara dengan tingkat akurasi yang
berbeda. Akurasi deteksi dini kanker payudara akan jauh bertambah bila
ketiga tes ini dikombinasi.
Cara deteksi dini kanker payudara adalah :
Pemeriksaan Payudara Sendiri (Teknik Sadari)
Pemeriksaan Klinis Payudara oleh Dokter
Pemeriksaan Radiologi (Mammografi dan/atau USG)
Biopsi tanpa pembedahan (Fine Needle Aspiration Biopsy atau Core Biopsy).
Pemeriksaan Klinis Payudara oleh Dokter dapat mendeteksi sampai 85% kasus kanker payudara.
Pemeriksaan Mammografi dapat mendeteksi sampai 90% kasus kanker payudara.
Biopsi dapat mendeteksi sampai 91% kanker payudara.
Tetapi bila ketiga pemeriksaan dini dilakukan semuanya, maka kanker payudara dapat dideteksi secara dini hingga 99,5%.
Pemeriksaan Payudara Sendiri (Teknik SADARI)
Pemeriksaan
SADARI sebaiknya dilakukan mulai usia remaja. Dilakukan sebulan sekali,
pada hari ke-7 sampai hari ke-10 dihitung dari hari pertama haid. Bila
wanita telah menopause, SADARI dilakukan pada tanggal yang sama setiap
bulan, misalnya tanggal 10.
SADARI terdiri atas beberapa langkah:
1.Berdiri
di depan cermin dengan berbagai posisi: mulai dari berdiri dengan
lengan di kedua sisi tubuh, lalu angkat lengan ke atas kepala. Lanjutkan
dengan menekan kedua tangan di pinggang, lalu gerakkan kedua lengan
dan situ ke depan sambil mengangkat bahu. Perhatikan tanda berikut :
a.Perubahan ukuran atau bentuk payudara
b.Adanya cekungan di kulit
c.Perubahan bentuk puting
d.Adanya nyeri yang terus menerus
2.Berbaring
dan letakkan sebuah bantal kecil di bawah bahu kanan. Letakkan tangan
kanan di bawah kepala. Gunakan ketiga jari tangan kiri untuk memeriksa
seluruh payudara kanan termasuk daerah puting. Periksa mulai dari
daerah ketiak, lalu daerah luar payudara dan melingkar hingga ke daerah
puting. Perhatikan tanda berikut:
a.Adanya benjolan di payudara atau di ketiak
b.Daerah yang terasa menebal di payudara
3.Tekan puting dengan lembut untuk melihat adanya cairan atau darah yang keluar.
4.Ulang langkah 2 dan 3 untuk payudara kiri.
Pemeriksaan Klinis Payudara oleh Dokter
Wanita
pada usia 20-39 tahuin sebaiknya menjalani pemeriksaan klinis payudara
oleh dokter sebagai baigan dari Medical Check Up setidaknya 3 tahun
sekali. Setelah usia 40 tahun, pemeriksaan klinis payudara harus
dilakukan setidaknya sekali dalam 1 tahun.
Pemeriksaan klinis
payudara baik dilakukan sebelum mammografi. Pemeriksaan klinis ini
adalah kesempatan bagi wanita dan dokter untuk berdiskusi tentang
perubahan yang terjadi pada payudara, jenis pemeriksaan untuk deteksi
dini, dan tentang faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan wanita
menderita kanker payudara.
Pemeriksaan Radiologis
MammografiWanita usia 40 tahun atau lebih sebaiknya menjalani pemeriksaan mammografi sekali setahun selama mereka dalam kondisi sehat.
Mammografi
adalah pemeriksaan payudara menggunakan sinar X yang dapat
memperlihatkan kelainan pada payudara dalam bentuk terkecil yaitu
mikrokalsifikasi. Dengan mammografi, kanker payudara dapat dideteksi
dengan akurasi sampai 90%.
Menggunakan mesin mammografi, payudara
akan ditekan oleh dua plat untuk meratakan dan menyebarkan jaringan.
Keadaan ini mungkin menimbulkan rasa tidak nyaman, tetapi sangat penting
untuk menghasilkan gambar mammogram yang baik dan dapat dibaca.
Penekanan payudara ini hanya berlangsung beberapa detik. Seluruh
prosedur mammografi untuk satu payudara adalah sekitar 20 menit.
Hasil
dari mammografi adalah film (mammogram) yang dapat diinterpretasi oleh
dokter bedah atau dokter ahli radiologi. Perubahan yang dapat terlihat
dari mammogram adalah :
Mikrokalsifikasi yaitu
deposit-deposit kecil kalsium dalam jaringan payudara yang terlihat
sebagai titik-titik kecil putih di sekitar jaringan payudara.
Mikrokalsifikasi yang dicurigai sebagai tanda kanker adalan titik-titik
yang sangat kecil, dan berkumpul dalam suatu kelompok (cluster).
Massa
yang tampak pada mammogram dapat disebabkan oleh kanker atau bukan
kanker, tetapi untuk memastikan biasanya dilakukan biopsi. Massa yang
tampak dapat berupa massa padat atau kistik (berongga dan berisi
cairan).
Ultrasonografi (USG)USG
payudara adalah pemeriksaan payudara menggunakan gelombang suara. USG
dapat membedakan benjolan berupa tumor padat atau kista. USG biasa
digunakan untuk mengevaluasi masalah payudara yang tampak pada mammogram
dan lebih direkomendasikan pada wanita usia muda (di bawah 30 tahun).
Pemeriksaan USG saja tanpa mammografi tidak direkomendasikan untuk
deteksi kanker payudara. Tetapi dengan kombinasi USG dan mammografi,
kelainan pada payudara dapat ditentukan dengan lebih akurat.
USG saat
ini cukup banyak dilakukan karena tidak bersifat invasif dan tidak
semahal pemeriksaan lainnya. Tetapi, efektifitas pemeriksaan USG sangat
tergantung dari pengalaman dan keahlian operator
Magnetic Resonance Imaging (MRI)Untuk
wanita dengan risiko tinggi kanker payudara, pemeriksaan MRI
direkomendasikan bersama dengan mammografi tahunan. MRI menggunakan
magnet dan gelombang radio untuk memproduksi gambar irisan tubuh.
Pemeriksaan MRI akan jaruh lebih bermanfaat bila menggunakan zat
kontras.
MRI merupakan alat deteksi kanker yang lebih sensitif dari
mammografi, tetapi MRI memiliki nilai positif palsu yang lebih tinggi,
maksudnya sering muncul gambaran kelainan payudara yang ternyata bukan
kanker. Itu sebabnya MRI tidak direkomendasikan sebagai alat skrining
untuk wanita tanpa risiko tinggi kanker payudara.
PET ScanIni
adalah pemeriksaan terbaru yang dapat menggambarkan anatomi dan
metabolisme sel kanker. Zat kontras disuntikkan lewat vena dan akan
diserap oleh sel kanker. Derajat penyerapan zat kontras oleh sel kanker
dapat menggambarkan derajat histologis dan potensi agresivitas tumor.
PET Scan tidak direkomendasikan untuk skrining rutin kanker payudara.
BiopsiBiopsi
adalah pengambilan sampel jaringan yang akan diperiksa oleh dokter ahli
Patologi Anatomi. Jaringan akan dilihat di bawah mikroskop sehingga
dapat ditentukan ada tidaknya sel kanker.
Terdapat beberapa cara biopsi :
1.Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB)
2.Core Biopsy
3.Biopsi Bedah
Fine Needle Aspiration Biopsy / Biopsi Jarum Halus
Biopsi
ini menggunakan jarum sebesar jarum suntik biasa dan tidak memerlukan
persiapan khusus. Jaringan diambil menggunakan jarum halus di area
tumor.Bila tumor tidak mudah diraba, maka biopsy jarum halus dapat
dilakukan dengan tuntunan USG atau mammografi.
Pemeriksaan ini
mungkin agak nyeri dan dapat menyebabkan memar ringan yang akan hilang
dalam 1-2 hari. Karena jaringan yang diambil hanya sedikit maka ada
kemungkinan sel kanker tidak terambil sehingga tidak terdeteksi.
Pemeriksaan biopsi jarum halus saja memiliki kemungkinan diagnosis meleset 10%.
Core BiopsyCore
Biopsy sangat mirip dengan Biopsi Jarum Halus tetapi menggunakan jarum
yang lebih besar. Dengan bius lokal, dibuat irisan kecil di kulit
payudara dan sedikit jaringan payudara diambil. Pemeriksaan ini dapat
menimbulkan nyeri minimal.
Hasil core biopsy adalah jaringan payudara
sehingga lebih mudah diidentifikasi adanya kanker. Beberapa jenis
benjolan lebih cocok untuk didiagnosis dengan core biopsy karena
bentuknya.
Hasil pemeriksaan Biopsi Jarum Halus dan Core Biopsy dapat berupa :
- Tidak ada tanda kanker payudara
-
Kemungkinan ada tanda kanker payudara, yaitu terdapat sel-sel yang
mencurigakan tetapi belum cukup jelas untuk menegakkan diagnosis. Hasil
ini lebih baik dilanjutkan dengan biopsi bedah untuk mencapai diagnosis
akhir.
- Ditemukan sel kanker. Pada kasus ini, wanita akan menjalani
biopsi bedah yang dapat dilakukan dengan pengangkatan seluruh kanker
payudara.
Biopsi Bedah
Bila seluruh
pemeriksaan tidak menghasilkan diagnosis pasti kanker, maka wanita akan
dirujuk ke dokter bedah untuk menjalani biopsi bedah. Sebaliknya bila
hasil pemeriksaan sebelumnya menunjukkan tanda pasti kanker, biasanya
tidak perlu dilakukan biopsi bedah.
Dokter bedah akan menjelaskan pilihan terapi kepada pasien.
Untuk
tumor yang berukuran kecil, biopsi bedah biasanya sekaligus dengan
mengangkat tumor seluruhnya. Dengan begitu, ahli patologi dapat
memeriksa dan lebih meudah menentukan ada tidaknya kanker. Bekas luka
biopsi akan dijahit. Hasil biopsi akan diketahui 5-7 hari setelah
operasi.
Penutup
Angka kematian akibat kanker
payudara dapat ditekan dengan deteksi dini. Penyebaran informasi tentang
berbagai cara deteksi dini kanker sangat penting untuk meningkatkan
kesadaran wanita akan tingginya frekuensi penyakit kanker payudara dan
untuk menekan angka pasien yang datang dengan kanker payudara stadium
lanjut.
( Artikel oleh Dr. Denni Joko Purwanto Sp.B(onk))
http://www.omni-hospitals.com/omni_alamsutera/blog_detail.php?id_post=5
Tidak ada komentar:
Posting Komentar